Mengenal Pengetahuan Hal Virus Polio, Penyebab Dan Dampaknya

Meski negara asia tenggara, seperti Indonesia yang telah tersertifikasi bebas virus polio, dan terputus berlangsungnya virus lainnya, seperti virus flu burung, covid dll. Namun dari hal ini tetap terus melakukan antisipasi pencegahan dan penanganan berkelanjutan. Apalagi diketahui Indonesia merupakan negara produsen vaksin polio, dan memiliki program unggulan pencanangan imunisasi ibu, balita dan anak Indonesia sehat, melalui program Posyandu. 

Apa itu Penyakit Polio, Penyebab Dan Dampaknya•

Perlu untuk diketahui, polio adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan sangat menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.  

Polio atau poliomyelitis dapat dialami oleh siapa saja, tetapi umumnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun (balita), terutama yang belum menjalani imunisasi polio. Selain kelumpuhan permanen, polio juga bisa menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Kondisi ini menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas.

Dan penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.

Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, tetapi lebih jarang terjadi.

Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan vaksin polio, terlebih pada kondisi seperti berikut ini:

-Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas

-Sedang hamil

-Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS

-Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio

-Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio

-Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio

Gejala Polio•

Sebagian besar penderita polio tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi polio. Sebab virus polio awalnya hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun, penderita polio tetap dapat menyebarkan virus dan menyebabkan infeksi pada orang lain.

Berdasarkan gejala yang muncul, polio dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan (nonparalisis) dan polio yang menyebabkan kelumpuhan (paralisis). Berikut adalah gejala kedua jenis polio tersebut:

1) Polio Nonparalisis

Polio nonparalisis adalah jenis polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejala polio ini muncul 6–20 hari sejak terpapar virus dan bersifat ringan.

Gejala polio nonparalisis berlangsung selama 1–10 hari dan akan menghilang dengan sendirinya. Gejala tersebut meliputi; demam, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah, otot terasa lemah, kaku di bagian leher dan punggung, serta nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai.

2) Polio Paralisis

Polio paralisis adalah jenis polio yang berbahaya, karena dapat menyebabkan kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Gejala awal polio paralisis serupa dengan polio nonparalisis. Namun, dalam waktu 1 minggu, akan muncul gejala berupa; hilangnya refleks tubuh, ketegangan otot yang terasa nyeri, tungkai atau lengan terasa lemah. Maka dari hal itu, segera periksakan anak ke dokter jika muncul gejala-gejala di atas. Meskipun jarang terjadi, polio paralisis dapat menyebabkan kelumpuhan dengan sangat cepat, bahkan hanya dalam hitungan jam setelah terinfeksi. Oleh sebab itu, tindakan medis perlu diberikan sesegera mungkin.

Berdasarkan diagnosis dokter mengatakan, bahwa polio dapat diketahui melalui pemeriksaan gejala, seperti kaku di bagian leher dan punggung, serta sulit menelan dan bernapas. Disamping itu, pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada refleks tubuh.

Dan untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap sampel dahak, tinja, atau cairan otak untuk mendeteksi keberadaan virus polio. Dan pengobatan polio hingga kini belum ada pengobatan yang efektif untuk menangani polio. 

Dan pengobatan hanya bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan mencegah komplikasi.

Dari hal tersebut, dokter akan menganjurkan pasien untuk banyak beristirahat dan mengonsumsi cairan untuk meredakan gejala yang muncul. Dan selain itu, dokter akan memberikan obat-obatan diantaranya:

-Obat pereda nyeri

Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obat ini adalah ibuprofen.

-Obat antibiotik

Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang dapat menyertai polio, misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah ceftriaxone.

-Obat pelemas otot (antispasmodik)

Obat pelemas otot, seperti tolterodine dan scopolamine, digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Kompres hangat juga dapat dilakukan untuk membantu meredakan tegang otot.

Pada pasien polio yang mengalami gangguan pernapasan, dokter akan memasang alat bantu napas. Operasi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan bentuk lengan atau tungkai.

Guna mencegah hilangnya fungsi otot lebih lanjut, pasien juga akan disarankan untuk menjalani fisioterapi.

Dampak Komplikasi Polio Paralisis

Polio paralisis dapat menyebabkan sejumlah dampak komplikasi, yakni:

-Cacat

-Kelainan bentuk tungkai dan pinggul

-Kelumpuhan, baik sementara maupun permanen

-Kesulitan bernapas akibat kelumpuhan otot saluran pernapasan

-Gagal napas

-dan Kematian

Selain itu, gejala polio berulang dapat dialami oleh orang yang pernah terkena polio. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom pascapolio. Gejala sindrom pascapolio baru muncul 30 tahun atau lebih sejak penderita terinfeksi pertama kali.

Adapun untuk gejala sindrom pascapolio meliputi beberapa hal, yakni:

-Sulit bernapas dan menelan

-Gangguan ingatan

-Gangguan tidur

-Depresi

-Otot dan sendi makin lemah

Pencegahan Yang Dilakukan

Sementara itu untuk pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio, yakni vaksin polio yang mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan aman diberikan kepada orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Ada dua bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV) dan obat tetes mulut (OPV). 

Vaksin polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi sesaat setelah lahir. Dan selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak empat dosis, baik dalam bentuk suntik maupun obat tetes mulut.

Skema Pemberian Ke-4 Dosis Vaksin Polio

Dosis pertama (polio-1) diberikan saat usia 2 bulan

Dosis kedua (polio-2) diberikan saat usia 3 bulan

Dosis ketiga (polio-3) diberikan saat usia 4 bulan

Dosis terakhir diberikan pada usia 18 bulan sebagai dosis booster

Guna meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi polio, pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di seluruh wilayah Indonesia.

Melalui kegiatan tersebut, semua bayi dan balita (usia 0–59 bulan) akan diberikan vaksinasi polio tambahan tanpa mempertimbangkan apakah imunisasinya sudah lengkap atau belum.

Vaksin Yang Perlu Untuk Dewasa•

Vaksin polio juga diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah melakukan imunisasi polio. Vaksin polio untuk dewasa diberikan dalam bentuk suntik (IPV) dalam tiga dosis. Berikut adalah pembagian dosisnya:

Dosis pertama dapat diberikan kapan saja

Dosis kedua diberikan dengan jeda waktu 1–2 bulan

Dosis ketiga diberikan dengan jeda waktu 6–12 bulan setelah dosis kedua

Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan kasus polio aktif juga dianjurkan untuk menjalani vaksinasi polio. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan ketika berinteraksi dengan penderita atau seseorang yang diduga menderita polio. 

(Doc.arsip by MTM/email/lind_media,150822/Riset, penelitian&Dianogsa

Komentar

Postingan Populer